PROFIL SINGKAT RADIO KOMUNITAS GEMA SOLIDARITAS 107.7 FM
KETAPANG-KALIMANTAN BARAT
1. Sejarah
Kabupaten Ketapang merupakan kabupaten terluas di provinsi Kalimantan Barat dengan luas 35.809 km2 dengan jumlah penduduk 473.880 orang (BPS:2010). Masyarakat Ketepang sangatlah heterogen dengan berbagai suku dan agama. Misalnya dilihat secara etnis : Dayak 141.438 (33%), Melayu 129.001 (31%), Cina 12.040 (3%) Jawa 40.720 %, Madura 19.582 (5%) dan lainnya : Batak, Sunda, Banjar Bugis dll 80.083 jiwa. Bila dilihat dari komposisi agama : Islam (69%), Katolik (22%), Protestan (4%), Hindu (0,95%) dan Budha (1,05%) serta agama adat (4%).
Kehidupan antar umat beragama dan hubungan antar etnis dari dulu hingga kini secara umum berjalan cukup harmonis. Konflik-konflik dalam skala kecil pernah terjadi antara etnis Dayak dan Madura di Tumbang Titi, 150 km dari kota Ketapang, tahun 1993. Konflik dipicu rebutan pekerjaan antara pekerja Dayak dan Madura. Tidak ada korban jiwa namun sebuah kantor polisi hancur dirusak massa. Antara etnis Melayu dan Madura pernah terjadi konflik pada tahun 1930-an di Kerajaan Sukadana 100 km dari kota Ketapang.
Meskipun di kota Ketapang belum pernah terjadi konflik antar etnis maupun agama dalam skala besar, namun benih-benih konflik itu ada. Masyarakat di tingkat grass root masih mudah diprovokasi oleh berbagai kepentingan untuk melakukan tindakan kekerasan. Apalagi ditambah potensi konflik lahan perkebunan, potensi konflik menjelang pilkada dll.
Diketahui pula Kalimantan Barat memiliki sejarah konflik antar etnis yang cukup kelam. Konflik-konflik ini meninggalkan trauma yang mendalam bagi masyarakat dan berkontribusi besar terhadap mengentalnya budaya kekerasan (violence) pada masyarakat. Disadari atau tidak dewasa ini kekerasan sudah menjadi budaya pada masyarakat Indonesia, termasuk masyarakat Ketapang yang beragam. Karena kekerasan sudah menjadi budaya maka harus dilawan dengan budaya perdamaian.
Atas dasar itulah maka Radio Komunitas Gema Solidaritas (GS) didirikan atas inisiasi 3 elemen yakni Institute Dayakology (ID), KOMSOS (Komisi Sosial) Keuskupan Ketapang dan CU Pancur Solidaritas (CUPS) pada tahun 2005. Radio GS diharapkan sebagai media menyebarluaskan budaya, tradisi, adat damai dalam bebagai komunitas etnis dan agama di kota Ketapang. Dengan adanya radio komunitas yang secara khusus menyiarkan nilai-nilai perdamaian/anti kekerasan, maka budaya perdamaian diharapkan akan terwujud dan semakin dipraktekkan luas oleh masyarakat.
Alasan lain pendirian Radio GS adalah agar masyarakat semakin kritis tentang berbagai pelanggaran hak azasi manusia, masyarakat semakin demokratis dan sadar akan hak-haknya. Konflik kekerasan di Kalimantan Barat dan Indonesia umumnya semakin meluas karena minimnya pengetahuan masing-masing pihak tentang budaya, tradisi, adat istiadat pihak lain.
Media massa diantaranya radio mempunyai peran strategis untuk mencegah konflik dengan menyebarluaskan budaya perdamaian. Selain itu radio juga dapat memberikan informasi yang merupakan hak dasar setiap manusia termasuk warga negara Indonesia. Apalagi keberadaan sebuah radio komunitas didukung dengan dikeluarkannya Undang-Undang No : 32 tahun 2002 tentang penyiaran.
Melalui diskusi yang itensif tentang visi dan misi dan fasilitas penunjang maka pada Januari 2005 didirikannlah sebuah stasiun Radio Komunitas di kota Ketapang bernama Radio Gema Solidaritas. Keberadaan radio GS ini sendiri di bawah naungan Perkumpulan Gema Solidaritas (PGS) yang melakukan pengawasan, evaluasi terhadap operasional Radio Komunitas Gema Solidaritas.
Tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 radio GS mengudara di jl. Dr. Sutomo Gg. Nusa Indah. Dalam perjalanan terjadi kendala teknis yakni pemancar di sambar petir akibatnya karena keterbatasan dana maka sempat off selama 1 tahun. Pada Agustus 2009 Radio GS diserahkan kepada CU. Pancur Solidaritas untuk dihidupkan kembali. Akhirnya sejak Agustus 2009 hingga sekarang Radio GS kembali mengudara di kota Ketapang dan pindah alamat ke Gedung Diklat CUPS jalan S. Parman Gg. Sukajadi Dalam No. 11 Ketapang.
2. Kondisi Komunitas
Komunitas Radio GS ini sendiri adalah anggota CU Pancur Solidaritas yang berlatar belakang sangat heterogen dengan jumlah anggota 2.500-an (Tempat Pelayanan Kota) ditambah simpatisan. Kandungan materi penyiaran ini sendiri yakni pelestarian budaya, lingkungan, berita dan informasi serta hiburan.
3. Visi dan Misi
Visi : Radio Komunitas yang besar dan mandiri sebagai wadah pemberdayaan dan rekonsiliasi social.
Misi : Menyebarluaskan budaya perdamaian, anti kekerasan, rivatilisasi budaya dan pemersatu untuk memperkuat demokrasi serta Hak Asasi Manusia melalui program penyiaran hiburan, informasi serta pendidikan kritis.
4. Kepengurusan Perkumpulan Gema Solidaritas
Berikut kepengurusan Perkumpulan Gema Solidaritas yang membawahi Radio Gema Solidaritas, Periode 2011-2014:
Penasehat :
- Matheus Yuli, Pr
- Redemptus Musa Narang, S. Pd, MM Pd.
Pengurus :
- Ketua : dr. Ph Frans Reagen
- Wakil Ketua : Jhon Lay Heri, ST
- Sekretaris : Nong Moses
- Bendahara : Rupina Nila
- Anggota : Thomas More Heri Sulidra, ST
Pengawas :
- Ketua : F. Alkap Pasti, S. Pd
- Sekretaris : Martinus, A. Md
- Anggota : Ignasius Irawan
5. Pembiayaan :
Pembiayaan selama ini tergantung dari anggota komunitas yakni iuran Rp. 1.000/th. Ke depan sangat diharapkan bantuan kerja sama dari semua pihak dalam bentuk Iklan Layanan Masyarakat (ILM).
6. Penyiar :
Penyiar adalah para volunteer (sukarelawan) yang mengasuh mata acara bernuansa budaya, motivasi dll.
7. Penutup
Hidup damai dan berdampingan dalam nuansa kemajemukan budaya, etnis,Agama, aliran politik dan cara pandang adalah cita-cita kita bersama. Dunia penyiaran sebagai salah satu media komunikasi dan informasi turut memiliki peranan penting untuk mewujudkan hal tersebut. Radio GS menjadi unik karena sebagai “rumah bersama” untuk mengembangkan kreatifitas yang mengedepankan budaya damai.
Radio GS adalah bagian kecil dari komunitas yang tergerak dalam pemberdayaan masyarakatnya. Hal ini akan lebih optimal apabila didukung oleh pemerintah serta swasta sehingga gerakan moral ini menjadi lebih baik.” Salam pemberdayaan…. Radio GS radio yang beradat, berbudaya dan cinta damai”, the voice of voice less.