Prediksi Ekonomi Indonesia di Tahun 2018

Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) memprediksi pertumbuhan ekonomi pada 2018 mendatang hanya mencapai 5,1 persen, di bawah target pemerintah 5,4 persen.
Ekonom INDEF Eko Listiyanto, Rabu, mengatakan dari sisi domestik, ekonomi Indonesia tahun depan masih akan bergantung pada kekuatan sektor konsumsi rumah tangga. Kontribusi komponen tersebut mengisi lebih dari 55 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
“Pemerintah harus mampu menjaga inflasi agar daya beli masyarakat tidak lagi melambat. Realisasi inflasi pada tahun ini sendiri diperkirakan lebih tinggi dari tahun sebelumnya karena kenaikan TDL dan harga gas,” ujar Eko saat menjadi pembicara dalam seminar nasional “Stabilitas Tanpa Akselerasi” di Jakarta, Rabu.
Sektor fiskal pada tahun depan, lanjut Eko, diharapkan menjadi tumpuan dalam memberikan efek ganda terhadap pertumbuhan, sehingga belanja-belanja prioritas harus terlaksana dengan baik. Belanja modal dan dana transfer ke daerah harus menjadi prioritas sehingga dapat mendorong aktivitas ekonomi.
Realisasi kredit perbankan pada 2018 juga diharapkan dapat lebih cepat menggerakkan sektor-sektor perekonomian. Harapan tersebut harus ditopang oleh kebijakan yang terintegrasi ke seluruh pihak, bukan hanya sektor keuangan.
“Kebijakan pemerintah di bidang harga juga harus dapat diminimalisasi, sehingga tidak kontraproduktif terhadap aktivitas sektor pembiayaan,” ujar Eko. Kontribusi ekspor pada 2018 sendiri diproyeksi akan meningkat apabila tren harga komoditas global tetap berlanjut di 2018. Selain itu, peningkatan ekspor juga berpotensi semakin tinggi apabila pertumbuhan manufaktur terakselerasi dan Indonesia dapat secara agresif membuka peluang pasar baru di berbagai kawasan yang potensial.
Faktor lain yang berpotensi menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi di 2018 antara lain pilkada serentak yang berpotensi meningkatan konsumsi. Faktor Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 2018 juga dapat mendorong sektor pariwisata baik dari sisi konsumsi maupun transportasi.
Dari sisi global sendiri, beberapa isu yang dapat menjadi `batu sandungan` dalam upaya mengakselerasi pertumbuhan antara lain isu proteksionisme perdagangan AS, rebalancing ekonomi Tiongkok, dan penguatan dolar AS yang memicu pembalikan arus modal di negara berkembang.
Selain itu, ada juga risiko geopolitik, dampak Brexit, referendum Catalonia, kondisi Timur Tengah, ketegangan di Semenanjung Korea dan ancaman terorisme, serta isu struktural di negara maju seperti penuaan populasi.
Sementara itu juga Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri mengatakan pertumbuhan Ekonomi tahun depan bakal sama seperti sekarang. “Bergeming di 5 persen,” kata dia di Hotel Shangri-La Jakarta, Rabu, 22 November 2017. Dia mengatakan dalam beberapa tahun terakhir perekonomian Indonesia terus merosot lantaran minimnya sumber pengungkit perekonomian. “Persoalannya energi yang kurang, darah yang kurang, dan kekuatan jantung yang melemah.” Maksudnya, saat ini sumber pengungkit yang ada, kata dia, hanya satu, yakni penerimaan devisa dari sektor pariwisata sebesar US$ 11 miliar. Namun, Faisal berujar penerimaan itu ludes dalam sekejap gara-gara defisit minyak US$ 11,2 miliar.
Kondisi itu juga diikuti oleh lesunya industri perbankan Indonesia. Penyaluran kredit perbankan relatif terbatas. Masyarakat juga lebih banyak menaruh uang di bank ketimbang belanja. Ditambah lagi, kata Faisal, kemampuan penerimaan pajak juga terbatas. “Jadi ini gak sembarangan,” ujarnya. Untuk menyelesaikan perkara itu, Faisal mengatakan solusinya mesti struktural dan mendasar. “Jangan pakai doping, karena doping kan merusak tubuh,” ujarnya. Penyelesaian itu tidak bisa instan dan diperkirakan membutuhkan waktu dua sampai tiga tahun. Faisal berujar setelah dilakukan konsolidasi, barulah pada 2020 bisa dipastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa lepas landas. Dia meminta pemerintah tidak memaksakan pertumbuhan yang lebih tinggi tahun depan lantaran hasilnya diprediksi bakal tiada beda dengan sekarang. “Dikonsolidasikan lah semua. Jalan tertib jangan ugal-ugalan. kalau ugal-ugalan hasilnya juga menyakitkan,” kata Faisal Basri.

solidaritas

Write a Reply or Comment

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.