Menimba Ilmu Koperasi Sektor Riil dari DR. P. A. Kiriwandeniya dan Robby Tulus

Peserta CEO Upgrade Program Berpose dengan Narasumber DR. Kiriwandaniya dan Roby Tulus
Peserta CEO Upgrade Program Berpose dengan Narasumber DR. Kiriwandaniya dan Roby Tulus

“Inovasi itu datang dari seorang CEO/GM/Manager, sementara pengurus akan mendukung dengan membuat kebijakannya, seorang pemimpin dinilai berhasil dari berapa banyak inovasi yang ia lakukan serta diversifikasi (yang berhasil) produk yang menjawab kebutuhan anggotanya”, seru DR. P. A. Kiriwandeniya pimpinan SANASA group dari Srilanka di penghujung Februari 2017 silam. Ia dan Robby Tulus menjadi pembicara dalam 2 pertemuan yang diprakarsai oleh Puskopdit Khatulistiwa pada 21-22 Februari 2017 di Hotel Orcardz, Pontianak- Kalimantan Barat. Kegiatan pertama tanggal 21 Februari 2017 adalah Lokakarya Persiapan Pendirian Koperasi Sektor Riil yang dihadiri ketua Pengurus, ketua Pengawas dan CEO/GM/Manager 8 CU Primer di bawah Puskhat. Sementara kegiatan kedua adalah pertemuan CEO Upgrade Program yang diikuti oleh CEO dan 1 staf senior dari 8 CU yang dilaksanakan pada tanggal 22 Februari 2017.
Dalam pemaparannya DR. Kiriwandeniya atau sering disapa sebagai DR. Kiri menularkan kesuksesan yang dilakukan oleh SANASA di Srilanka. “Ide awal dari Indonesia, namun di Srilanka jauh lebih berkembang, mungkin akibat regulasi pemerintah juga”. Ungkap pria yang humoris ini. Ia menceritakan saat ini Sanasa group yang ia gawangi telah merambah ke beberapa sektor selain Sanasa Coop (CU) ada Universitas, Koperasi Konsumen, Sanasa Development Bank (Bank), Sanasa Enginering & Development (Bidang pembangunan dan kontruksi), Sanasa Insurance (Asuransi), Sanasa Travels (Biro perjalanan), Sanasa Security (sekuritas) dan beberapa bentuk usaha lainnya.
Robby Tulus sendiri mengungkapkan apa yang menjadi dasar atau alasan bagi koperasi/CU juga mesti mulai melirik sektor riil. Ia mengungkapkan pentingnya lembaga seperti CU menyeimbangangkan financial capital dan social capital. Hal ini tentu untuk menjawab seberapa besar dampak hadirnya CU bagi kesejahteraan atau kehidupan para anggotanya. Sejauh mana koperasi/CU dapat menjawab apa yang dibutuhkan oleh anggotannya. “Ini penting karena bicara loyalitas, maka anggota akan loyal pada CU yang juga berfokus pada anggotanya, tentunya dengan sistem dan tata kelola yang benar”, ujar salah satu perintis perkembangan Credit Union di Indonesia ini.
Kembali ia pun mendukung statement yang disampaikan DR. Kiri bahwa inovasi harus datang dari seorang pemimpin. Pemimpin (CEO) di CU memiliki keunikan ia tidak boleh hanya di belakang meja saja atau hanya berkutat masalah keuangan saja namun bagaimana juga terlibat aktif untuk memberdayakan anggota dengan ide-ide cemerlangnya. Pria Indonesia berkewarganegaraan Kanada ini menceritakan betapa pesatnya perkembangan CU di Kanada. “Di Canada ada CU contohnya Van City Credit Union yang begitu people place, orientasinya fokus pada anggota, sampai-sampai bila seorang CEO baru dipilih maka ia akan bertugas sebagai teller selama 1 minggu, harapannya ia merasakan apa yang dirasakan seorang teller dan seberapa banyak anggota yang dapat ia sapa, jadi sederhananya seorang CEO harus mengenal anggotanya”, ungkapnya.
Melirik sektor riil tentu tantangan tersendiri bagi CU, dimana ini adalah peluang besar namun juga penuh resiko. Disinilah peran PUSKHAT yang menaungi 8 CU primer mem-fasilitasi dan menjadi fungsi koordinasi dan konsultasi. “Beberapa CU di bawah PUSKHAT sudah memulai sektor ini, seperti Keling Kumang, nah bagaimana kita saling transfer knowledge, berbagi pengalaman dan PUSKHAT mendorong CU-CU lain untuk juga melihat peluang ini, namun tentu semua berdasarkan perencanaan yang matang,” ujar Michael Ketua Puskopdit Khatulistiwa.
Sementara itu, Munaldus yang juga Ketua Induk Koperasi Usaha Rakyat (INKUR) yang saat kegiatan menjadi moderator dan penterjemah mengungkapkan bahwa saat ini hampir semua CU mengalami masalah sama yakni NPL (Non Performance Loan) dan penjualan uang, bagaimana CU harus memiliki strategi khusus namun tidak menyalahi tata kelola. “Loyalitas anggota harus kita pupuk, apabila anggota loyal apapun kondisinya CU akan terus ia jadikan pilihan utama, nah bagaimana CU melihat ini bukan tentang simpan-pinjam semata, namun apa sih yang dibutuhkan anggota, apabila kita bisa menggarap hal ini tentu kita dapat menciptakan skema CU yang berfokus pada anggota, tentu salah satu yang penting adalah kekuatan jaringan”, ungkap mantan anggota Pengurus INKOPDIT periode 2013-2015 silam.
Delapan CU yang mengikuti pertemuan ini antara lain CU Keling Kumang, CU. Mura Kopa, CU. Banuri Harapan Kita, CU. Semarong, CU. Tri Tapang Kasih, CU. Nyai Anta, CU. Semandang Jaya dan CU. Pancur Solidaritas. Mereka pun sangat antusias mengikuti kegiatan ini serta akan menindak-lanjuti dalam Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang dibicarakan secara khusus. “Kita masing-masing CU tentu akan membicarakan di tingkat internal kita karena karakteristik serta peluang di daerah kita masing-masing tentu berbeda”, ujar Martinus yang juga Manager CUPS.
Di sesi akhir Robby Tulus menantang para pemimpin (CEO) untuk berani ber-inovasi dengan memperhatikan lima cetak biru International Co-operative Alliance (ICA) yakni Partisipasi, Keberlanjutan, Identitas, Kerangka Hukum serta Modal. “Kita harus punya mimpi, Presiden Jokowi menyampaikan ada wacana 4,1 juta Ha lahan tidur di Kalimantan akan diserahkan pengelolaannya ke Koperasi, bayangkan bila teman-teman dapat menangani ini tentu punya dampak yang luas, tentu kita juga akan dukung, maka penting kita melakukan riset-observasi dan menyiapkan kerangka legal untuk mendukung pendirian koperasi sektor riil”, pungkasnya.
Pada pertemuan dua hari tersebut banyak manfaat yang didapat oleh peserta mulai dengan motivasi, sharing success story dari Sanasa Group, pengetahuan-pengetahun baru, serta tentunya rencana tindak lanjut.
Gerakan Koperasi/CU terus mengalami perkembangan sesuai dengan tuntutan perubahan jaman tentu tanpa kehilangan nilai filosofisnya “people helping people to help themselves”, dan difinisinya pun juga berkembang dengan berbagai pendapat seperti yang diungkapkan oleh Prof Hans-H. Munkner dari Universität Marburg – Fachbereich Wirtschaftswissenschaften Institut für Kooperation in Entwicklungsländern (IKE) Jerman bahwa koperasi adalah sarana untuk menyediakan produk dan jasa yang dibutuhkan anggota, tapi yang tidak dapat diperolehnya seorang diri dalam kondisi yang sama baiknya atau dalam kondisi apapun. (VD. Irwin)

solidaritas

Write a Reply or Comment

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.