September 19 2017 0Comment

Menanam Pemberdayaan..Merawat Harapan..Menuai Perubahan Belajar dari Fransiskus Alkap Pasti (Penasehat CUPS)

Pancursolidaritas.org – Gemerincing bunyi sendok berpadu dengan racikan kopi di gelas keramik, sayup terdengar bincang dan gelak tawa ala suasana kedai kopi di sebuah sudut kota dengan julukan kota ale-ale (sejenis kerang). Harmoni kehangatan kota Ketapang terasa sekali pagi itu. Nampak seorang pria berpostur tinggi sedang melihat sebuah koran harian lokal sambil sesekali menyeruput kopi hitam di depannya.
Nama pria itu tak asing bagi masyarakat Ketapang, karena kesehariannya ia salah satu komisioner di Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Ketapang-Kalimantan Barat.

Ia adalah Fransiskus Alkap Pasti (48 tahun), pria dengan segudang kesibukan. Selain menjadi komisioner KPUD ia juga menjadi penasehat di Credit Union Pancur Solidaritas (CUPS), sebuah lembaga yang pernah ia bidangi selama dua periode yakni 2011-2013 dan 2014-2016. “Sebagai Ketua Pengurus, lumayan malang-melintang-lah mengembangkan ekonomi masyarakat”, ujar pria yang telah tiga periode berturut-turut terpilih menjadi komisioner KPU.

Di-kesehariannya bapak dari Caroline(12 th) dan Jorge (9 th) ini juga aktif dalam kegiatan Gereja. Ia juga menjabat sebagai wakil ketua III Dewan Paroki Katedral St. Gemma Galgani dan juga Ketua Lingkungan Santa Perawan Maria. “Sibuk dan menyibukkan diri-lah”, ujar pria tamatan sastra Inggris

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun 1997 ini berkelakar.
Baginya proses yang ia lalui selama ini tak lepas dari sekolah kehidupan yang menempanya. Didikan keluarga yang berlatar belakang guru dan petani di Kampung Tebuar sebuah kampung pedalaman Ketapang serta polesan para rohaniawan Gereja telah membentuk pribadi yang rendah hati ini.
“Pengalaman hidup lumayan-lah sudah saya alami dari senang hingga cobaan, bahkan pernah kritis dan mendapat sakramen pengurapan pernah saya alami, yang membuat saya pada satu kesimpulan memberi arti hidup dengan integritas dan semangat pelayanan”, ujar suami dari Irene ini (36 tahun).

Cobaan demi cobaan pernah ia alami apalagi ia bekerja di tempat yang penuh dengan godaan. Betapa tidak menyebut KPUD tentu bicara tentangan masalah politik dimana kadang bayak yang ingin menghalalkan cara untuk mencapai sebuah tujuan. Bicara tentang Credit Union bicara tentang mengelola uang miliaran rupiah milik dua puluh ribuan anggota, tentu dibutuhkan semangat kejujuran dan integritas. “Bagi saya integritas itu seperti mata uang yang laku dimana-mana, artinya bagaimana kita menjaga itu semua”, ungkap penyenang buku filsafat ini.

Tak jarang ia harus turun ke kampung-kampung di pedalaman untuk menggalakkan pentingnya perencanaan keuangan keluarga dan menyiapkan pendidikan bagi anak-anak. Medan yang berat seperti infra struktur yang buruk tak menjadi penghalang dari semangat pria yang gemar berolahraga sepeda ini.

“Kita ini ibarat petani yang menebar benih berupa pemberdayaan, pelayanan, pendidikan demokrasi dan tentunya harus kita pupuk dengan pendampingan, pengharapan serta teladan yang pada akhirnya kita menuai perubahan positif tentang kualitas kehidupan demokrasi yang lebih baik, kualitas kehidupan ekonomi yang lebih terencana dan tentunya juga perubahan pola pikir masyarakat yang lebih bijaksana”, pungkasnya.

Ia pun meletakkan koran dimeja kedai dan meminum sisa kopi saring dengan sekali teguk. “Saatnya beraktivitas, menjadi garam bagi sesama”, ujarnya singkat mengakhiri pembicaraan sambil tersenyum.
Matahari pagi itu pun mulai merayap bersama iringan waktu. Waktu yang ditandai dengan aksi nyata semangat melayani untuk melihatkan wajah Tuhan dalam setiap karya kita yakni KASIH. (VD. Irwin)

solidaritas

Write a Reply or Comment

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.